HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik
di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90
mmHg. (Bruner dan
Suddarth, 2002:
896)
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah baik sistole dan diastole karena adanya gangguan peredaran darah tepi dengan tanda dan gejala yang
khas.
Hipertensi dapat dikelompokan
menjadi :
a. Hipertensi Ringan
Tekanan sistole 140-150 mmHg dan diastole 90-100 mmHg b.
b. Hipertensi Sedang
Keadaan tekanan darah systole 160-180 mmHg dan diastole 100-110
mmHg
c. Hipertensi Berat
Tekanan systole lebih dari 185 mmHg dan diastole lebih 110 mmHg
B. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan
gagal ginjal.
Disebut juga sebagai “pembunuh
diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini
lebih banyak menyerang wanita dari pada pria
Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-
obatan yang
merangsang dapat berperan disini,
tetapi
penyakit
ini sangat dipengaruhi faktor keturunan.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor,
pada medulla di
otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis yang mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Bebagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor.
Individu dangan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
D. Manifestasi klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila
ada
biasanya menunjukkan kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh
darah yang bersangkutan. penyakit arteri
koroner dengan angina
adalah gejala
yang paling menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri
terjadi sebagai
respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik
yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
trasien
yang termanifestasi sebagai paralysis
sementara pada satu
sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan.
F. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan
pembuluh darah otak.
2. Penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi.
3. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder penurunan
GFR.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn
E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia
A
dan Lorraine
M
Wilson. Patofisiologi
Konsep Klinis
Proses- Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.
Jakarta: EGC.
