Asuhan Keperawatan Faringitis

FARINGITIS

 

 

 

A.     KONSEP DASAR MEDIS

 

1. Definisi

 

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring.(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000). Faringitis adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. (Vincent, 2004).

Faringitis (pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.(Wikipedia.com).

 

 

Anatomi Faring

 

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan  ruang  utama  traktus  resporatorius  dan  traktus  digestivus. Kantong   fibromuskule ini   mula dar dasa tengkora da terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6. Panjang  dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagian ini  merupakan  bagian  dinding  faring  yang  terpanjang.  Dinding  faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Otot-otot   faring   tersusun   dalam   lapisa melingka (sirkular dan memanjang  (longitudinal).  Otot-otot  yang  sirkular  terdiri  dari M.Konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya  menutupi  sebagian  otot  bagian  atasnya  dari  belakang.  Di sebelah  depan,  otot-otot  ini  bertemu  satu  sama  lain  dan  di  belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.


 

2. Tanda dan Gejala

 

Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:

 

a. Viru

Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan sakit kepal ringan. Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk. Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis. Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan  eksudat  pada  faring,  dan  dapat  ditemukan  vesikel  dan  ulkus dangkal  pada  palatum  molle.Pada penyebab  coxsackievirus,  terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih. Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati generalisata, dan splenomegali. Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.

b. Bakteri

 

Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala  berupa  lelah,  nyeri/pegal  tubuh,  menggigil,  dan  demam  yang lebih dari 380 C. Faringitis yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati. Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyer faringeal,   demam menggigil da nyer abdomen.   Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat faring,   dan   adenopat servikal Batuk   tidak   ditemuka karena merupakan  tanda  dari  penyebab  virus.  Pada  penyebab  S.  Pyogenes,


 

terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.

3. Etiologi

 

Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab:

a. Common cold/flu b. Adenovirus

c. Virus influenza (A dan B). d. Parainfluenza (tipe 1-4).

e. Adenovirus. f.  ECHO.

Bakteri yang menyebabkan faringitis antara lain :

 

a. Streptokokus grup A

 

b. Korinebakterium c. Arkanobakterium

d. Streptococcus β hemolitikus. e. Streptococcus viridians.

f.  Streptococcus piyogenes

 

g. Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

 

4. Klasifikasi

 

Berdasarkan lama berlangsungnya

 

a. Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.

b. Faringitis  kronis  adalah  radang  tenggorok  yang  sudah  berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.


Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu :

aFaringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membran mukosa.

b. Faringitis  atrofi  merupakan  tahap  lanjut  dari  faringitis  hipertrofi

 

(membran tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut)

cFaringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.

5.   Patofisiologi

 

Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudiaepitel  terkikimaka  jaringan  limfoid  superficial  bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat.   Eksuda mula-mul serosa   tapi   menjadi   meneba dan cenderung  menjadi  kering  dan  dapat  melekat  pada  dinding  faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatayang  berwarna  kuning,  putih,  atau  abu-abu  terdapat  pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak- bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.


 

6. Pathways

 




 

 7 .   Manifestasi klinis

Manifestasi klinis akut :

a. Membran faring tampak merah

b. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksuda

c. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras

d. Mungkin terdapat demam, malaise dan sakit tenggoroka

e. Serak, batuk, rhinitis bukan hal yang tidak lazim.

f.  Kesulitan menelan.

 

Manifestasi klinis kronis :

 

a. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.

b. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.

                  8.   Pemeriksaan Penunjang

a.  Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna,  bahkamembran).  Kelenjar submandibula membengkak  dan nyeri tekan, terutama pada anak.

b.    Pemeriksaan Biopsi

Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.

c.   Pemeriksaan Sputum

 

Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.

d.    Pemeriksaan Laboratorium

 

Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan  suatu  diagnosis  dari  faringitiyang  disebabkan  oleh bakteri GABHS. Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring posterior. Spesimen


 

diinokulasi    pada    agar    darah    dan    ditanami    disk    antibiotik. Kriteria  standar  untuk  penegakan  diagnosis  infeksi  GABHS  adalah persentase sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari 10 hari.

GABHS rapid antigen detection test

 

§   merupakan  suatu  metode  untuk  mendiagnosa  faringitis  karena infeksi GABHS. Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien memiliki resiko sedang, atau jika seorang dokter tidak nyaman memberikan terapi antibiotik dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh  adalah  positif maka  pengobatan  antibiotiyang  tepat, namun jika hasilnya negatif maka pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan follow-up

§   Hasil kultur tenggorok negatif

 

§   Rapid antigen detection tidak sensitive untuk Streptococcus Group C

 

dan G atau jenis bakteri patogen lainnya

 

9.   Penatalaksanaan

 

a. Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima har

b. Antipiretik

c. Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan

d. Bil alergi   denga penisili dapa diberika eritromisi atau klindamisi

e. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat

f.  pemberian kompres panas atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri.

 

Pengobatan secara medikamentosa umumnya menggunakan :

a.    Antimikroba.

b.    Antibiotik (dalam dosis terapeutik).

c.    Dapat pula dilakukan dengan cara irigasi hangat pada tenggorokan. 

d.    Pemberian cairan yang adekuat.

e.    Menghindari  makanan  pedas,  berminyak,  mengandung  vetsin,  es juga disarankan.


 

10. Komplikasi

 

a. Otitis media purulenta bakterialis

b. Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.

c. Abses Peritonsiler

d. Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.

e. Sinusitis

f.  Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan  oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi.

 

 

B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

 

a. Pengkajian

1) Data Dasar

·  Identitas  Pasie(nama,  jenis  kelamin,  umur,  status  perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).

· Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,   agama suku   bangsa pendidikan,   bahasa   yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)

2)  Riwayat Keperawatan, meliputi :

 

a.    Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi :

·  Alasan masuk rumah sakit

·  Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan.

Keluhan utama :

·  Pasien  mengatakan  nyeri  dan  merasa  tidak  nyaman  pada daerah leher

·  Pasien mengatakan mual dan muntah.

·  Pasien mengatakan sakit saat menelan

·  Kronologis keluhan : Pasien mengeluh nyeri di leher. b.    Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.

c.    Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.

d.    Riwayat Psikososial dan Spiritual

Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.

e.    Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

Dikaji 14 kebutuhan  dasar manusia menurut  Virginia Handerson, seperti :

1.    Bernafas

 

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate.

2.    Makan

 

Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.

3.    Minum

 

Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).

4.    Eliminasi


 

Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang apakah pasien cenderung susah dalam buang air  kecil  (kaji  kebiasaan  dan  volume urine)  atamempunyai keluhan saat BAK.

5.    Gerak aktivitas

 

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya  saat menderita suatu  penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.

6.    Istirahat/tidur

 

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya, misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.

7.    Pengaturan suhu tubuh

 

Dikaji/ukur  TTV  pasien  untuk  mengetahui  keadaan  umum pasien, apakah pasien mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien mulai dari ekspresi wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau kemerahan, wajahnya pucat atau tidak.

8.    Kebersihan diri

 

Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga   pasien   dala melakukan   perawata dir pasien, misalnya saat mandi dan sebagainya.

9.    Rasa nyaman

 

Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,  misalnya  pasiemerasa  nyeri  di  perut  bagian bawah (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).

10.  Rasa aman

 

Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.


11.  Sosial dan komunikasi

Dikaji  bagaimana  interaksi  pasieterhadap  keluarga,  petuga 

RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).

 

12.  Pengetahuan

Dikaj tingka pengetahuan   pasie tentang   penyaki yang diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.

13.    Rekreasi

 

Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

14.    Spiritual

 

Dikaji   bagaimana   pendapat   pasien   tentang   penyakitnya, apakah  pasien  menerima  penyakitnya  adalah  karena  murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.

3). Pengkajian Fisik, meliputi :

 

-   Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali masuk RS).

-   Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi).

-   Keadaan  Fisik,  yaitu  melakukan  inspeksi,  palpasi,  perkusi,  dan auskultasi  dari  kepala  sampai  anus,  tapi  lebih  difokuskan  pada bagian leher.

-   -Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur dan uji resistensi.

4). Anamnesa

 

Adany riwaya merokok,adany riwaya streptokokus,dan   yang penting  ditanyakan  apakah  klien  pernah  mengalami  nyeri/lesi  pada mulut (nyeri saat menelan).


 

2.  Diagnosa Keperawatan

 

1) Kebersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan

3) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring

 

4) Hipertermia berhubungan dengan peradangan

 

3. Rencana Keperawatan

 

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan (NOC)

Intervensi (NIC)

1

Nyeri acute bd. Peradangan

 

Batasan karakteristik :

 

· Laporan secara verbal

 

· atau non verbal

 

· Fakta dari observasi

 

· Posisi antalgic untuk

 

· menghindari nyeri

 

· Gerakan melindungi

 

· Tingkah laku berhati-hati

 

· Muka topeng

 

· Gangguan tidur (mata sayu, tampak capak, sulit atau gerakan      kacau, menyeringai)

· Terfokus pada diri sendiri

 

· Fokus menyempit penurunan persepsi waktu kerusakan proses berpikir, penurunan dengan orang lain dan lingkungan)

· Tingkah laku distraksi,contoh

 

: jalan-jalan,

Setelah      dilakukan

 

tindakan  keperawata n selama 3 x 24 jam nyeri berkurang dengan     kriteria hasil :

a. Pasiemelaporkan bahwa nyeri berkurang

b. Pasiemelaporkan kebutuhan   tidur dan istirahat tercukupi

c. Pasien        mampu menggunakan metode             non farmakologi

untuk   mengurangi nyeri.

Manajemen

 

nyeri

 

1.  Lakukan pengkaji an nyeri secara komprehensif ter masuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan

faktor presipitasi.

 

2.  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3.  Gunakan teknik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.

4.  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.

5.  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau



Daftar Pustaka


 

 

 

 

 

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC

 

Carpenito, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Alih Bahasa

 

Monica Ester. Jakarta : EGC.

 


Hasan, R. 1997. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

 

Universitas Indonesia. Jakarta

 

Mansjoer, A. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Aesculapius. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H(et all). 2001. Wongs Essentials of Pediatric

 

Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama